Kamis, 31 Oktober 2013

Pemanfaatan ICT (Information Communication and technology) untuk perluasan akses belajar Pendidikan Luar Sekolah

Definisi
     ICT (Information Communication and Technology) atau dalam bahasa Indonesia yaitu TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sekedar komputer dan
internet, tapi mengandung makna yang lebih luas yaitu meliputi teknologi cetak (seperti buku, modul, poster, foto, gambar, dll) maupun non-cetak (seperti teknologi audio (audio cassette, CD-MP3 pembelajaran), audio-visual (VCD/DVD pembelajaran), multimedia (CDROM), internet dan pembelajaran berbasis web). ICT adalah mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media dengan berbagai cara untuk mendapatkan informasi yang berkulitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu, lebih cepat, lebih luas penyebarannya dan lebih lama penyimpanannya yang digunakan untuk berbagai keperluan.

Kondisi realita lembaga PLS
     Penerapan ICT pada bidang pendidikan telah memberikan kontribusi bagi perkembangan teknologi pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari sering dijumpai kombinasi teknologi audio/data, video/data, audio/video, dan internet. Meski penggunaan ICT ini masih dapat dikatakan tahap pengenalan, karena tidak semua akrab dengan hal ini, bahkan masih takut untuk mencoba. Penggunaan ICT memang sudah semakin meningkat dari tahun ke tahun dalam dunia pendidikan, dan memberikan efek yang cukup positif.

Pemanfaatan ICT
     Dari pengertian ICT (Information Communication and Technology) atau TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang telah dijelaskan, maka beberapa keuntungan dari pemanfaatan ICT ini adalah dapat dengan mudah gambaran digunakan untuk pengajaran dan meningkatkan memori peserta didik, dengan mudah pengajar dapat menjelaskan arahan kompleks untuk pemahaman peserta didik, pengajar boleh membuat sesi interaktif dan membuat pelajaran lebih menarik, yang boleh meningkatkan kehadiran peserta didik serta konsentrasi.
     Sebenarnya sudah banyak media guna memudahkan akses dalam pendidikan pada umumnya dan pendidikan luar sekolah khususnya. Namun dikarenakan masih banyak yang merasa memiliki kesulitan dalam media pembeljaran ini. Karena media pembelajaran dengan menggunkan ICT ini merupakan media yang terus berkembang, maka banyak yang merasa tertinggal dan enggan menggunakannya.
     Ada baiknya bagi pengajar lebih paham mengenai penggunaan alat ICT, dan sedikit demi sedikit mengakrabkan penggunaan alat ICT pada peserta didik sesuai dengan porsinya dan secara bertahap pada kegiatan pembelajaran dan lingkungan pembelajaran. Contohnya dapat menggunakan powerpoint sebagai media, atau penugasan pencarian data melalui internet, pelayanan akademik dengan jaringan system informasi, penggunaan e-learning, e-campus, e-school dan lainnya sebagai media pembelajaran selain kegiatan belajar di kelas. Kemampuan dan karakteristik internet memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar jarak jauh (E-Learning) menjadi ebih efektif dan efisien sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik. Dengan hadirnya e-learning setiap peserta didik bisa mengakses materi pembelajaran yang disediakan melalui situs. Peserta didik bisa berinteraksi dengan guru atau dengan peserta didik lain tanpa harus harus hadir dikelas. Materi pembelajaran online, membuat siapa saja bisa mengakses materi tersebut tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu.
     Pemanfaatan internet dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya merupakan penunjang, dan tatap muka tetaplah sebagai kegiatan utama melihat kondisi saat ini pada umumnya belum akrab dengan ICT. Karena orang dewasa tidak dengan mudah menerima hal baru, dan tidak semua menyenangi belajar hal baru serta adakalanya timbul perasaan takut apabila merasa terlalu sulit untuk dipelajari.

Rekomendasi
Penerapan penggunaan alat ICT dalam kegiatan pembelajaran diharapkan secara bertahap

Pembelajaran online hendaknya sebagai penunjang kegiatan tatap muka

Sabtu, 14 Januari 2012

Teori Perubahan

Kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan sosial merupakan gejala yang wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia di dalam masyarakat. Perubahan-perubahan sosial akan terus berlangsung sepanjang masih terjadi interaksi antarmanusia dan antarmasyarakat. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti perubahan dalam unsurunsur geografis, biologis, ekonomis, dan kebudayaan. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis. Adapun teori-teori yang menjelaskan mengenai perubahan sosial adalah sebagai berikut.

  1. Teori Evolusi ( Evolution Theory )
Teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada bermacam-macam teori tentang evolusi. Teori tersebut digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu unilinear theories of evolution, universal theories of evolution, dan multilined theories of evolution.

  1. Unilinear Theories of Evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk kebudayaannya akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks dan akhirnya sempurna. Pelopor teori ini antara lain Auguste Comte dan Herbert Spencer.

  1. Universal Theories of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu. Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen menjadi kelompok yang heterogen.

  1. Multilined Theories of Evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahaptahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang perubahan sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian menetap dengan menggunakan pemupukan dan pengairan.
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, ada beberapa kelemahan dari Teori Evolusi yang perlu mendapat perhatian, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Data yang menunjang penentuan tahapan-tahapan dalam masyarakat menjadi sebuah rangkaian tahapan seringkali tidak cermat.
b. Urut-urutan dalam tahap-tahap perkembangan tidak sepenuhnya tegas, karena ada beberapa kelompok masyarakat yang mampu melampaui tahapan tertentu dan langsung menuju pada tahap berikutnya, dengan kata lain melompati suatu tahapan. Sebaliknya, ada kelompok masyarakat yang justru berjalan mundur, tidak maju seperti yang diinginkan oleh teori ini.
c. Pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial akan berakhir pada puncaknya, ketika masyarakat telah mencapai kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya. Pandangan seperti ini perlu ditinjau ulang, karena apabila perubahan memang merupakan sesuatu yang konstan, ini berarti bahwa setiap urutan tahapan perubahan akan mencapai titik akhir
Padahal perubahan merupakan sesuatu yang bersifat terusmenerus sepanjang manusia melakukan interaksi dan sosialisasi.

  1. Teori Konflik ( Conflict Theory )
Menurut pandangan teori ini, pertentangan atau konflik bermula dari pertikaian kelas antara kelompok yang menguasai modal atau pemerintahan dengan kelompok yang tertindas secara materiil, sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini memiliki prinsip bahwa konflik sosial dan perubahan sosial selalu melekat pada struktur masyarakat.
Teori ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah konflik sosial, bukan perubahan sosial. Karena perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik tersebut. Karena konflik berlangsung terus-menerus, maka perubahan juga akan mengikutinya. Dua tokoh yang pemikirannya menjadi pedoman dalam Teori Konflik ini adalah Karl Marx dan Ralf Dahrendorf.
Secara lebih rinci, pandangan Teori Konflik lebih menitikberatkan pada hal berikut ini.
a. Setiap masyarakat terus-menerus berubah.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya berada dalam ketegangan dan konflik.
d. Kestabilan sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan yang satu oleh golongan yang lainnya.
  1. Teori Fungsionalis ( Functionalist Theory )
Konsep yang berkembang dari teori ini adalah cultural lag (kesenjangan budaya). Konsep ini mendukung Teori Fungsionalis untuk menjelaskan bahwa perubahan sosial tidak lepas dari hubungan antara unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat. Menurut teori ini, beberapa unsur kebudayaan bisa saja berubah dengan sangat cepat sementara unsur yang lainnya tidak dapat mengikuti kecepatan perubahan unsur tersebut. Maka, yang terjadi adalah ketertinggalan unsur yang berubah secara perlahan tersebut. Ketertinggalan ini menyebabkan kesenjangan sosial atau cultural lag .
Para penganut Teori Fungsionalis lebih menerima perubahan sosial sebagai sesuatu yang konstan dan tidak memerlukan penjelasan. Perubahan dianggap sebagai suatu hal yang mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada saat perubahan itu telah diintegrasikan dalam kebudayaan. Apabila perubahan itu ternyata bermanfaat, maka perubahan itu bersifat fungsional dan akhirnya diterima oleh masyarakat, tetapi apabila terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat, perubahan akan ditolak. Tokoh dari teori ini adalah William Ogburn.
Secara lebih ringkas, pandangan Teori Fungsionalis adalah sebagai berikut.
a. Setiap masyarakat relatif bersifat stabil.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi.
d. Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama (konsensus) di kalangan anggota kelompok masyarakat.

  1. Teori Siklis ( Cyclical Theory )

Teori ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan sosial itu tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun dan oleh apapun. Karena dalam setiap masyarakat terdapat perputaran atau siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu kebudayaan atau kehidupan sosial merupakan hal yang wajar dan tidak dapat dihindari.
Sementara itu, beberapa bentuk Teori Siklis adalah sebagai berikut.
a. Teori Oswald Spengler (1880-1936)
Menurut teori ini, pertumbuhan manusia mengalami empat tahapan, yaitu anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Pentahapan tersebut oleh Spengler digunakan untuk menjelaskan perkembangan masyarakat, bahwa setiap peradaban besar mengalami proses kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses siklus ini memakan waktu sekitar seribu tahun.
b. Teori Pitirim A. Sorokin (1889-1968)
Sorokin berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Siklus tiga sistem kebudayaan ini adalah kebudayaan ideasional, idealistis, dan sensasi.
1) Kebudayaan ideasional, yaitu kebudayaan yang didasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan terhadap kekuatan supranatural.
2) Kebudayaan idealistis, yaitu kebudayaan di mana kepercayaan terhadap unsur adikodrati (supranatural) dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung dalam menciptakan masyarakat ideal.
3) Kebudayaan sensasi, yaitu kebudayaan di mana sensasi merupakan tolok ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.

  1. Teori Arnold Toynbee (1889-1975)

Toynbee menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan, dan akhirnya kematian. Beberapa peradaban besar menurut Toynbee telah mengalami kepunahan kecuali peradaban Barat, yang dewasa ini beralih menuju ke tahap kepunahannya.

Penyebab Terjadinya Perubahan Sosial


Perubahan social terjadi karena adanay factor-faktor yang mempengaruhinya. Factor-faktor tersebut berasal dari dalam maupun dari luar masyarakat itu sendiri. Factor penyebab yang berasal daari dalam meliputi:

  1. Bertambah atau berkurangnya penduduk
Pertambahan penduduk yang cepat akan menyebabkan perubahan dalam struktur masyarakat, khususnya dalam lembaga kemasyarakatan. Sedangkan berkurangnya penduduk akan berakibat terjadinya kekosongan baik di dalam pembagian kerja, maupun stratifikasi social.

  1. Penemuan-penemuan baru
Suatu proses social dan kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, adalah inovasi. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsure kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat dan cara-cara unsure kebudayaan baru tai diterima, dipelajari dan akhirrnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan baru sebagai akibat terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pengertian discovery dan invention. Discovery adalahpenemuan unsure kebudayaan yang baru, baik berupa alat, ataupun yang berupa gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan individu para individu. Discovery akan menjadi invention, jika masyarakat sudah mengakui, menerima serta menerapkan penemuan baru terebut.

  1. Pertentangan (conflict) masyarakat
Pertentangan ini bisa terjadi antara individu denagn keelomok ataupun antara kelompok dengan kelompok. Misalnya pertentngan antar generasi.

  1. Terjadinya pemberontakan atau revolusi
Revolusi yang terjadi pada suatu masyarakat akan membawa akibat berubahnya segala tatacara yang berlaku pada lembaga-lembag kemasyarakatan. Biasanay hal ini diakibatkan karena adanya kebijaksanaan atau ide-ide yang berbeda. Sedangkan factor penyebab terjadinay perubahan social yang berasal dari luar masyarakat, meliputi:
  1. Lingkungan atau fisik yang ada disekitar manusia
Adanya bencana alam akan mengkibatkan perpindahan masyarakat ke tempat baru yang mengakibatkan masyarakat harus beradaptasi dengan lingkunagn yang baru. Hal ini menyebabkan lembaga social yang ada pada masyarakat juga berubah.
  1. Terjadinya perang
Terjadinya perang antar suku ataupun Negara berakibat munculnya perubahan-perubahan pada suku atau Negara yang kalah. Pada umumnya mereka yang menang akan memaksakan kebiasaan ataupun kebudayaannya pada masyarakat yang kalah.
  1. Pengaruh kebudayaan asing
Adanya pengaruh kebudayaan asimg ini dapat mempengaruhi terjadinya perubahan pada masyarakata. Setiap kebudayaan masyarakat akan mempengaruhi masyarakat lainnya, tetapi juga dpat menerima pengaruh kebudayaan dari masyarakat yang lain pula. Adnya proses penerimaan pengaruh kebudayaan asing ini disebut dengan akulturasi.

Bentuk Perubahan Sosial


A. perubahan Sosial yang Cepat dan lambat
- Perubahan social yang cepat disebut Revolusi. Dikatakan revolusi jika memenuhi beberapa syarat
* Harus ada keinginan umum untuk melakukan suatu perubahan
* Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut
* Pemimpin yang dapat menampung keinginan masyarakat
* Pemimpin tersebut harus menunjukan suatu tujuan tersebut
* Harus ada momentum yaitu saat dimana segala keadaandan factor sudah tepat untuk memulai suatu gerakan
- Perubahan social yang lama disebut evolusi. Evolusi umum nya terjadi karena usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kepentingan,keadaan dan
Kondisi baru yang tumbuh dengan perubahan masyarakat.

B. Perubahan yang besar dan perubahan yang kecil
- perubahan social yang besar pada umumnya adalah perubahan yang akan membawa pengaru yang besar pada masyarakat
- Perubahan social yang kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsure struktur social yang tidak membawa akibat yang langsung pada masyarakat

C. Perubahan Yang Direncanakan dan tidak direncanakan
- Perubahan yang direncanakan adalah perubahan yang terjadi di dalam masyarakat dan hal ini terjadi karena telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak yang menginginkan adanya perubahan
- Perubahan social yang Tidak Direncanakan adalah perubahan yang tidak direncanakan atau tidak dikehendaki dan terjadi diluar masyarakat, dan akan menimbulkan akibat social yang tidak diharapkan oleh masyarakat

Krisis pendidikan


Ada beberapa factor yang menyebabkan krisis pendidikan di Indonesia, yaitu:
  1. Kurikulum yang tidak relevan dengan kehidupan masyarakat. Di sekolah-sekolah di Indonesia siswa diwajibkan untuk mempelajari bnyak sekali mata pelajaran yang kadang-kadang tidak ada kaitannya satu sama lain, dan sama sekali tidak relevan dengan kehidupan siswa.
  2. Praktek-praktek pendidikan seperti perencanaan, pengajaran dan evaluasi hasil belajar yang tidak sesuai. Kebanyakan guru tidak membuat rencana pengajaran yang memadai
  3. Pengembangan diri guru yng tidak berjalan sebagaiman mestinya. Masalah pengembangan diri guru merupakan masalah yang klasik. Kebanyakan sekolah tidak memiliki rencana denitif untuk membantu guru mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya mengajar. Karena itu pengembangan kemampuan guru sangat tergantung sendiri sebagai individu.
Selain dari factor di atas, ada pula yang mengemukakan factor lain penyebab krisis pendidikan, yaitu:
  1. Faktor Fasilitas Sekolah
Fasilitas sekolah yang kurang memadai bahwa masih banyak sekolah-sekolah belum mempunyai gedung sekolah tetap, laboraturium praktek, perpustakaan, lingkungan yang bersih dan sebagainya.
  1. Factor system pendidikan
System pendidikan yang belum mengacu pada nilai-nilai pengalaman pancasila serta system pendidikan yang selalu berubah-ubah. Keberimbangan system pendidikan yang member porsi pada otak dan hati dengn baik harus menjadi acuan referensi dalam proses pembalajaran dalam pendidikan.

Solusi Krisis Pendidikan
Dalam perjalanan pendidikan nasional, rancangan yang begitu utuh, menyeluruh dan terpadu ternyata hanya menitikberatkan pada pengembangan pengetahuan dan ketrampilan tetapi mengabaikan masalah pembinaan watak.
Setidaknya ada lima sikap dasar yang harus dilakukan oleh seluruh pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, yaitu:
  1. membangun sikap jujur dan tulus dengan berani mengatakan apa yang benar adalah benar dan yang salah itu salah.
  2. sikap yang terbuka yang merefleksikan kebersihan luar dalam.
  3. berani mengambil risiko dan bertanggung jawab yang ditunjukkan dengan membela kebenaran dan keadilan.
  4. konsisten dengan komitmen dengan selalu menepati janji, perkataan harus sesuai dengan perbuatan.
  5. bersedia berbagi (sharing)
Selain itu perlu adanya strategi pendidikan untuk membuat program pendidikan merata di seluruh tanah air, seperti:
  1. penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
  2. pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan kembali pada masyarakat sebagai sumber daya utama juga pengguna hasil pendidikan itu sendiri.
  3. Pendidikan dilakukan secara transparan dan demokratis tanpa mengurangi mutu pendidikan
  4. Penyelenggaraan pendidikan yang efisien
  5. Peluang untuk belajar seluas-luasnya kepada masyarakat
  6. Menguramgi kesulitan birokrasi pendidikan yang sering menjadi kendala kelancaran proses pendidikan
Bila mengarah pada system pancasila, ternyata tujuan dari pendidikan adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sehingga bangsa ini tidak menjadi bangsa yang terbelakng. Pendidikan harus mengarah pada tercapainya kesehatan jasmani, kecerdasan akal, dan pembentukkan karakter moral

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi mempertimbangkan prinsip-prinsip
  1. Peningkatan keimanan, budi pekerti luhur dan nilai-nilai budaya
  2. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika
  3. Penguatan intregasi nasional
  4. Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi
  5. Pengembangan kecakapan hidup
  6. Pilar pendidikan learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together
  7. Komprehensif dan berkesinambungan
  8. Belajar sepanjang hayat
  9. Diversifikasi kurikulum

teori kebutuhan


Menurut Abraham Masslow, ada lima tahapan kebutuhan dalam diri manusia, yaitu:
1. Kebutuhan Fisiologis
Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan
biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari
teror, dan lain sebagainya.
3. Kebutuhan Sosial
Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan Penghargaan
Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya

Setelah itu muncul dua lagi kebutuhan yang belum dikemukakan oleh Masslow, pendapat ini sebagai pelengkap dari pendapat masslow. Yaitu kebutuhan religious dan kebutuhan pendidikan.
Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan mencapai tujuan itu. Dengan demikian terbuka kesempatan untuk meningkat ke golongan social yang lebih tinggi.

reformasi pendidikan dan pembangunan masyarakat


Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari berbagaisegi, diantaranya, segi sasaran, lingkungan, jenjang pendidikan, dan pembidangan kerja
 
  1. Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkpribadian kuat dan utuh serta bermoraltinggi. Jadi tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citramanusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi. Prof. Dr. Slamet Imam Santoso menyatakan bahwa tujuan pendidikan menghasilakn manusia yang baik. Manusia yang baik dimana pun ia berada akan memperbaiki lingkungan.
 
  1. Segi Lingkungan Pendidikan
Klasifikasi ini menunjukkan peran pendidikan dalam berbagai lingkungan atau sistem. Lingkungan keluarga (pendidikan informal), lingkungan sekolah (pendidikan formal), lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal), ataupun dalam sistem pendidikan prajabatan dan dalam jabatan.

      1. Lingkungan keluarga
Dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan yang baik (habbit formation) tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan, dan moral. Di samping itu, kepada mereka ditanamkan keyakinan-keyakinan yang penting utamanya hal-hal yang bersifat religius. Hal-hal tersebut sangat tepat dilakukan pada masa kanak-kanak sebelum perkembangan rasio yang mendominasi perilakunya. Kebiasan baik dan keyakinan-keyakinan penting yang mendarah daging merupakan landasan yang sangat diperlukan untuk  pembangunan.

      1. Lingkungan Sekolah
Pada lingkungan sekolah, peserta didik dibimbing untuk memperluas bekal yang telah diperoleh dari lingkungan kerja keluarganya berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap . Bekal yang dimaksud disini berupa bekal dasar, lanjutan ataupun bekal kerja yang langsung dapat digunakan secara aplikatif (sekolah menengah kejuruan dan perguruan tinggi). Kedua macam bekal tersebut dipersiapkan secara formal dan berguna sebagai sarana penunjang pembangunan diberbagai bidang.

      1. Lingkungan masyarakat
Pada lingkungan masyarakat (pendidikan formal), peserta didik memperoleh bekal praktis untuk berbagai jenis pekerjaan, khusunya mereka yang tidak sempat melanjutkaan proses belajarnya melalui jalur formal. Pada masyarakat Indonesia, sistem pendidikn non formal mengalami perekembangan yang sangat pesat. Hal ini bertalian dengan semakin berkembangnnya sector swasta yang menunjang pembangunan. Disegi lain, hal tersebut dapat diartikan bernilai positif 
 
Karena dapat mengkompensasikan keterbatasan lapangan kerja formal di lembaga pemerintah. Di samping itu juga dapat memperbesar jumlah angkatan kerja tingkat rendah dan menengah yang sangat diperlukan untuk memenuhi proporsi yang sealaras antara pekerja rendah, menengah, dan tinggi. Hal demikian dapat dipandang sebagai upaya untuk menciptakan kestabilan nasional.
 
  1. Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan meliputi pendidikan dasar (basic education), pendidikan lanjutan, menengah, dan pendidikan tinggi.
 
  1. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan
Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi bidang ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan lain-lain